Meski permintaan ekspor menurun sejak krisis global menerpa, para perajin furnitur rotan sintetis tak risau. Mereka mendapatkan pasar pengganti dari konsumen lokal yang kian meminati perabot jenis ini untuk mengisi rumah atau kantornya. Maklum, furnitur rotan sintetis lebih indah, kuat, dan gampang dibersihkan.
Krisis ekonomi global tahun lalu menjadi pukulan beberapa perajin rotan sintetis. Maklum, mereka rutin mengekspor produknya ke pelbagai negara di Amerika dan Eropa.
Permintaan pasar produk rotan sintetis yang banyak digemari pasar internasional ini anjlok hingga 50%. “Ketika krisis tahun lalu, kami merugi setengah dari pendapatan kami,” ungkap Yami, pemilik De’Moris Furniture. Pendapatan De’Moris turun dari Rp 4 miliar menjadi Rp 3 miliar dalam setahun ketika krisis global berlangsung.
Senasib dengan Yami, penurunan pesanan juga menimpa perajin di kawasan Cirendeu, Ciputat. Widodo, pegawai distributor Ombus Rotan, mengatakan, sejak berbisnis rotan sintetis dari 1992 lalu, dampak paling terasa ketika krisis moneter 1997 dan krisis keuangan 2009. “Tahun lalu, kami sama sekali tak mengekspor ke Amerika. Pesanan hanya datang dari Jepang dan China,” ujarnya.
Namun, penurunan ekspor ini ternyata tak menular pada permintaan dari dalam negeri. Menurut Widodo, saat ini, pesanan perabot berbahan rotan sintetis banyak datang dari Jakarta, Bandung, Bogor, dan Tangerang.
Bahkan, permintaan dari pasar lokal ini mampu menutup omzet yang selama ini banyak diisi oleh pasar ekspor. Yami pun menilai, permintaan yang meningkat ini muncul karena tren arsitektur banyak mengusung dekorasi bergaya out door, dan menjadikan perabot anyaman rotan sebagai pilihan pertama. Kebanyakan pembeli memesan perabot rumah, kafe, perkantoran, hotel, dan kolam renang.
Yami menuturkan, konsumen lebih menyukai rotan sintetis lantaran anyamannya lebih halus dan mempunyai daya tahan yang lebih kuat, baik jika sering dijemur di bawah terik matahari maupun terhadap kelembapan udara. Selain itu, anyaman rotan sintetis gampang dibersihkan, lebih ringan, dan tidak dimakan rayap.
Tentu saja, harga furnitur yang relatif miring menjadi daya tarik tersendiri bagi rotan sintetis. Dibandingkan dengan furnitur yang 100% menggunakan bahan rotan alam, harga furnitur yang terbuat dari rotan sintetis lebih terjangkau.
Misalnya saja, De’Moris membanderol harga kursi mulai Rp 500.000 hingga Rp 800.000 per unit. Sementara, harga sofa panjang berkisar Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. Adapun, kursi santai yang biasanya diletakkan di pinggir kolam renang, harga yang ditawarkan mulai dari Rp 4 juta hingga Rp 5 juta. Harga ini juga tergantung dari desain, tipe anyaman, dan materi rotan sintetis yang dipakai.
Selain model-model yang mengikuti tren, De’Moris juga menawarkan kualitas dan tingkat keawetan yang tinggi. “Produk kami dirancang tahan dalam segala kondisi dan cuaca. Penampilan yang bernuansa rotan alami pun menjadi acuan,” ujar Yami.
Perajin memakai serat rotan yang kokoh. “Mebel kami menggunakan high-density polyethylene (HDPE) berbasis serat yang tak berbahaya dan tahan terhadap zat kimia,” tutur Yami yang mempekerjakan 30 perajin rotan asal Cileungsi.
Berbeda dengan Yami yang memproduksi furnitur rotan sendiri, Ombus Rotan hanya menjadi pemasar kerajinan. Selama ini, mereka mendatangkan beragam furnitur rotan sintetis dari Cirebon. Biasanya, “Pengiriman dilakukan dua kali dalam seminggu,” ujar Widodo.
Selain furnitur, Ombus juga menyediakan bermacam produk rotan sintetis lainnya, seperti lampu hias, tudung saji, kursi goyang, keranjang, hingga pembatas ruangan. Bila harga perabot berkisar antara Rp 4 juta hingga Rp 7 juta, pernak-pernik anyaman rotan sintetis itu dibanderol dengan harga Rp 175.000 hingga Rp 700.000.
Kedua pebisnis rotan sintetis ini mengaku mendapatkan bahan baku dari daerah Cirebon, Cikarang, dan Tangerang. Menurut mereka, rotan sintetis buatan lokal lebih aman. Selain itu, harganya juga lebih murah dan tentunya mempunyai kualitas yang baik.
Tak heran, Yami pun berani memberi garansi satu tahun untuk produknya. “Kami membangun produk kami dari bahan terbaik,” kata Yami berpromosi.
Adapun Widodo lebih mengunggulkan produk yang unik. “Anyaman rotan kami tak pasaran, karena kami selalu mengikuti tren terbaru,” ujarnya. (peluangusaha.kontan.co.id)
No comments:
Post a Comment